cinta yang Tertunda Di Gili Trawangan
Bulan Agustus tahun lalu aku dan suami sedang merencanakan kehamilan.
Dalam rangka mengusahakannya, kami pun akhirnya kepikiran untuk bulan
madu (lagi). Pulau Lombok adalah destinasi wisata yang sedang tren,
selain Bali. Buat aku dan suami Lombok adalah tempat yang eksotis untuk
tujuan kami. #IniPlesirku bersama suami ke Gili Trawangan, Lombok.
Dini hari kami berangkat menggunakan jalan darat melalui Bali dengan menumpang Ferry. Selama perjalanan 50 menit dari Jalan Raya Gusti Ngurah Rai ke Pelabuhan Padang Bai, jalan raya mulus terbentang hampir tanpa cacat. Di sini kami sempat menikmati mentari terbit dengan cantiknya ditemani birunya laut.
Rute yang kami tempuh menuju Gili Trawangan: Pelabuhan Padang Bai-Pelabuhan Lembar-Mataram-Pelabuhan Bangsal-Gili Trawangan. Kami sampai pukul tiga sore disambut banyak turis mancanegara yang berseliweran menggunakan bikini di bibir pantai, seakan mereka mencari pemandangan eksotis di pulau ini. Dihadapan kami pemandangan menakjubkan terbentang sejauh mata bisa memandang. Biru yang indah, biru yang membentang di lautan luas.
Hal pertama yang aku lakukan ketika menginjakkan kaki di putihnya pasir pantai Gili Trawangan adalah menyadarkan diri bahwa aku berada di Indonesia. Aku terbesit merasa seperti berlibur di luar negeri, mayoritas manusia yang berada di sini hampir 80% turis mancanegara dugaan ku, sisanya orang lokal.
Hotel yang sudah kami pesan jauh hari menawarkan kenyamanan yang aduhai, model bangunan berbentuk lumbung dengan kamar mandi terbuka menyatu dengan alam di belakang. Kami putuskan untuk segera menikmati empuknya kasur yang disediakan. Jangan tanya apa yang kami lakukan hahahaa.
Bintang bertabur dilangit cerah tanda malam sedang dimulai. Semakin larut malam, semakin gaduh. Alunan musik saling sahut-menyahut memekakkan telinga. Kami bergegas menuju Pasar Seni dan larut dalam kehidupan malam Gili Trawangan yang menyulap malam kami menjadi meriah. Selain Bar, tempat makan di Pasar Seni juga ada, menyajikan menu yang bervariasi menggugah selera, mulai dari sajian internasional hingga lokal. Bahkan, turis juga bisa melihat langsung cara pengolahannya sampai jadi makanan lezat. Ada yang menarik perhatian ku saat memilih menu pesanan, mayoritas turis memesan Coconut Salad, aku pun ikut latah. Saat tersantap ternyata itu Urap.
Kegiatan snorkeling dan berenang di laut merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan saat pelesiran ke pulau ini. Sekali kayuh tiga Gili terlampaui: Gili Trawangan-Gili Meno-Gili Air. Jadwal tur tiga Gili pukul 10 pagi dan berakhir (kembali ke Gili Trawangan) sekitar pukul 15.00-16.00 WITA.
Di dalam boat yang kami tumpangi memiliki rules yang sangat ketat yang harus kita patuhi, salah satunya dimana tidak boleh menggunakan alas kaki saat berada di dalam boat karena pasir akan tercecer mengotori boat. Saat menikmati underwater Gili Air, kami menyapa Kuda Laut, Kura-kura, berbagai macam ikan dengan aneka warna, serta penghuni laut lainnya. Aku takjub, Gili Air sejengkal surga bawah laut.
Transportasi yang bisa digunakan disini hanya dua, yaitu cidomo (delman) dan sepeda. Kami mengitari Gili Trawangan dengan bersepada hanya dengan waktu dua jam. Selesai bersepeda kami menjemput senja menikmati momen Sang Surya menyelusup ke peraduan sambil berayunan. Ayunan kayu yang kami nikmati sungguh unik, artistik, dan juga romantis, penempatannya langsung menghadap ke laut di depan pantai milik hotel atau villa. Gili Trawangan selalu menjanjikan lukisan alam senja yang istimewa.
Mentari pagi menyembulkan sinar di balik gunung Agung. Tiga hari cukup sudah menghabiskan bulan madu di sini. Saatnya mengepak pakaian beserta teman-temannya. Tamu bulanan datang menyapa sekeluarnya aku dari kamar mandi. Aku hanya bisa ketawa kecut sambil melongos “yah.. belum jodoh, ya sudahlah.”
Dini hari kami berangkat menggunakan jalan darat melalui Bali dengan menumpang Ferry. Selama perjalanan 50 menit dari Jalan Raya Gusti Ngurah Rai ke Pelabuhan Padang Bai, jalan raya mulus terbentang hampir tanpa cacat. Di sini kami sempat menikmati mentari terbit dengan cantiknya ditemani birunya laut.
Rute yang kami tempuh menuju Gili Trawangan: Pelabuhan Padang Bai-Pelabuhan Lembar-Mataram-Pelabuhan Bangsal-Gili Trawangan. Kami sampai pukul tiga sore disambut banyak turis mancanegara yang berseliweran menggunakan bikini di bibir pantai, seakan mereka mencari pemandangan eksotis di pulau ini. Dihadapan kami pemandangan menakjubkan terbentang sejauh mata bisa memandang. Biru yang indah, biru yang membentang di lautan luas.
Hal pertama yang aku lakukan ketika menginjakkan kaki di putihnya pasir pantai Gili Trawangan adalah menyadarkan diri bahwa aku berada di Indonesia. Aku terbesit merasa seperti berlibur di luar negeri, mayoritas manusia yang berada di sini hampir 80% turis mancanegara dugaan ku, sisanya orang lokal.
Hotel yang sudah kami pesan jauh hari menawarkan kenyamanan yang aduhai, model bangunan berbentuk lumbung dengan kamar mandi terbuka menyatu dengan alam di belakang. Kami putuskan untuk segera menikmati empuknya kasur yang disediakan. Jangan tanya apa yang kami lakukan hahahaa.
Bintang bertabur dilangit cerah tanda malam sedang dimulai. Semakin larut malam, semakin gaduh. Alunan musik saling sahut-menyahut memekakkan telinga. Kami bergegas menuju Pasar Seni dan larut dalam kehidupan malam Gili Trawangan yang menyulap malam kami menjadi meriah. Selain Bar, tempat makan di Pasar Seni juga ada, menyajikan menu yang bervariasi menggugah selera, mulai dari sajian internasional hingga lokal. Bahkan, turis juga bisa melihat langsung cara pengolahannya sampai jadi makanan lezat. Ada yang menarik perhatian ku saat memilih menu pesanan, mayoritas turis memesan Coconut Salad, aku pun ikut latah. Saat tersantap ternyata itu Urap.
Kegiatan snorkeling dan berenang di laut merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan saat pelesiran ke pulau ini. Sekali kayuh tiga Gili terlampaui: Gili Trawangan-Gili Meno-Gili Air. Jadwal tur tiga Gili pukul 10 pagi dan berakhir (kembali ke Gili Trawangan) sekitar pukul 15.00-16.00 WITA.
Di dalam boat yang kami tumpangi memiliki rules yang sangat ketat yang harus kita patuhi, salah satunya dimana tidak boleh menggunakan alas kaki saat berada di dalam boat karena pasir akan tercecer mengotori boat. Saat menikmati underwater Gili Air, kami menyapa Kuda Laut, Kura-kura, berbagai macam ikan dengan aneka warna, serta penghuni laut lainnya. Aku takjub, Gili Air sejengkal surga bawah laut.
Transportasi yang bisa digunakan disini hanya dua, yaitu cidomo (delman) dan sepeda. Kami mengitari Gili Trawangan dengan bersepada hanya dengan waktu dua jam. Selesai bersepeda kami menjemput senja menikmati momen Sang Surya menyelusup ke peraduan sambil berayunan. Ayunan kayu yang kami nikmati sungguh unik, artistik, dan juga romantis, penempatannya langsung menghadap ke laut di depan pantai milik hotel atau villa. Gili Trawangan selalu menjanjikan lukisan alam senja yang istimewa.
Mentari pagi menyembulkan sinar di balik gunung Agung. Tiga hari cukup sudah menghabiskan bulan madu di sini. Saatnya mengepak pakaian beserta teman-temannya. Tamu bulanan datang menyapa sekeluarnya aku dari kamar mandi. Aku hanya bisa ketawa kecut sambil melongos “yah.. belum jodoh, ya sudahlah.”
Post a Comment